Dalam dunia bisnis dan pemasaran, strategi penetapan harga memainkan peran penting dalam menarik perhatian dan memengaruhi keputusan konsumen. Salah satu teknik yang paling umum digunakan adalah psychological pricing, yang memanfaatkan cara otak manusia memproses angka. Salah satu bentuk paling terkenal dari strategi ini adalah harga yang berakhir dengan angka “9”, seperti Rp99.900. Tetapi, bagaimana sebenarnya teknik ini bekerja, dan mengapa begitu efektif?
Psychological Pricing, Fenomena Harga yang Berakhir dengan Angka 9
Penelitian menunjukkan bahwa harga yang berakhir dengan angka 9 atau dikenal sebagai charm pricing dapat meningkatkan penjualan dibandingkan dengan harga bulat. Misalnya, jika sebuah produk dijual dengan harga Rp100.000, konsumen lebih cenderung memilih produk yang dijual dengan harga Rp99.900, meskipun perbedaannya hanya Rp100. Hal ini disebabkan oleh efek digit kiri (left-digit effect), di mana otak manusia cenderung fokus pada angka pertama yang terlihat. Dengan kata lain, harga Rp99.900 masih tampak lebih dekat ke Rp90.000 daripada Rp100.000.
Baca Juga Artikel Seputar Bisnis Lainnya di Vent Business
- Tren Bisnis 2025: Industri yang berkembang
- Strategi Pemasaran yang Harus Dimiliki Setiap Bisnis Modern
- Cara UMKM bisa Bersaing di Pasar Global
Mengapa Konsumen Lebih Memilih Harga Rp99.900?
- Efek Perseptual
- Ketika melihat harga seperti Rp99.900, otak manusia secara tidak sadar membulatkannya ke bawah, bukan ke atas.
- Harga ini menciptakan ilusi bahwa barang tersebut lebih murah daripada yang sebenarnya.
- Asosiasi dengan Diskon atau Penawaran Murah
- Harga yang berakhir dengan angka 9 sering diasosiasikan dengan harga promosi atau diskon, yang menarik bagi konsumen yang ingin menghemat uang.
- Efek Emosional dalam Keputusan Pembelian
- Konsumen sering kali membuat keputusan pembelian secara emosional, bukan rasional.
- Harga yang tampak lebih rendah dapat mengurangi hambatan psikologis dalam pengambilan keputusan.
- Strategi Kompetisi
- Banyak bisnis menggunakan strategi ini untuk tetap kompetitif di pasar.
- Konsumen yang membandingkan harga di beberapa toko cenderung memilih opsi yang terlihat lebih murah meskipun perbedaannya kecil.
Apakah Psychological Pricing Selalu Efektif?
Meskipun strategi harga ini terbukti berhasil di berbagai industri, ada beberapa kasus di mana tidak selalu efektif:
- Produk Premium: Konsumen yang mencari produk mewah atau berkualitas tinggi cenderung lebih tertarik pada harga bulat seperti Rp100.000 atau Rp1.000.000 karena memberikan kesan eksklusivitas dan kepercayaan diri.
- Segmentasi Pasar Tertentu: Beberapa pelanggan lebih menyukai harga transparan dan tidak terpengaruh oleh “harga psikologis” ini.
- Dampak pada Merek: Jika terlalu sering digunakan, teknik ini bisa membuat merek terlihat murah atau kurang eksklusif.
Kesimpulan
Psychological pricing, khususnya strategi harga yang berakhir dengan angka 9 seperti Rp99.900, terbukti menjadi alat yang ampuh dalam menarik perhatian dan mendorong pembelian. Hal ini disebabkan oleh cara otak manusia memproses angka dan asosiasi emosional yang muncul dari strategi tersebut. Namun, efektivitasnya tetap tergantung pada jenis produk, target pasar, dan citra merek yang ingin dibangun. Dengan memahami cara kerja strategi ini, bisnis dapat lebih efektif dalam merancang strategi harga yang sesuai dengan tujuan dan pasar mereka.