0 Comments

Menilik Komitmen Indonesia Atasi Perubahan Iklim dan Transisi Energi Dinilai Tertinggal di Asean

Isu perubahan iklim dan transisi energi menjadi salah satu agenda penting global yang harus dihadapi oleh setiap negara, termasuk Indonesia. Namun, berdasarkan sejumlah laporan dan penilaian terkini, komitmen Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim serta melakukan transisi menuju energi terbarukan dinilai masih tertinggal dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan ASEAN. Artikel ini akan mengulas secara mendalam posisi Indonesia dalam menghadapi tantangan lingkungan dan energi, sekaligus langkah-langkah yang perlu dipercepat.

Menilik Komitmen Indonesia Atasi Perubahan Iklim dan Transisi Energi Dinilai Tertinggal di Asean

Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan terhadap dampak perubahan iklim, seperti banjir, kebakaran hutan, dan kekeringan. Di sisi lain, Indonesia juga termasuk negara dengan emisi karbon yang tinggi, terutama dari sektor energi dan deforestasi. Di ASEAN, beberapa negara telah menunjukkan kemajuan signifikan dalam mengurangi emisi dan mempercepat transisi energi bersih, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Namun, tantangan utama yang dihadapi Indonesia adalah ketergantungan besar pada bahan bakar fosil, seperti batu bara, yang masih menjadi sumber utama listrik nasional. Hal ini menyebabkan laju pengurangan emisi berjalan lambat dibandingkan negara tetangga.

Penilaian Terhadap Komitmen Indonesia

Berbagai lembaga internasional menilai komitmen Indonesia dalam mitigasi perubahan iklim dan transisi energi belum cukup agresif. Indonesia memang telah menyampaikan Nationally Determined Contribution (NDC) yang berisi target pengurangan emisi gas rumah kaca, namun pelaksanaannya masih menghadapi hambatan seperti regulasi yang belum konsisten, keterbatasan pendanaan, dan kapasitas teknologi.

Negara-negara ASEAN lain cenderung lebih cepat mengadopsi energi terbarukan dan menerapkan kebijakan yang lebih jelas terkait pengurangan emisi. Misalnya, Vietnam dan Filipina telah meningkatkan investasi pada tenaga surya dan angin, sementara Indonesia masih berjuang mengurangi penggunaan batu bara secara drastis.

Tantangan Transisi Energi di Indonesia

Transisi energi menuju sumber yang lebih bersih dan terbarukan memang tidak mudah bagi Indonesia. Beberapa tantangan utama meliputi:

  • Ketergantungan pada Batu Bara: Batu bara masih menjadi tulang punggung sektor energi nasional karena ketersediaannya yang melimpah dan biaya produksi yang relatif murah.

  • Infrastruktur Terbatas: Pengembangan infrastruktur untuk energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, dan hidro masih terkendala biaya dan teknologi.

  • Regulasi dan Kebijakan: Kurangnya kepastian regulasi yang mendukung percepatan transisi energi membuat investor ragu untuk menanam modal.

  • Pendanaan: Keterbatasan dana menjadi hambatan besar dalam pengembangan proyek energi hijau skala besar.

Upaya dan Langkah Strategis yang Perlu Dipercepat

Meski banyak tantangan, Indonesia juga telah melakukan sejumlah langkah strategis untuk memperbaiki komitmennya:

  • Pengembangan Energi Terbarukan: Pemerintah menargetkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) mencapai 23% pada tahun 2025 dan 31% pada tahun 2050.

  • Penurunan Ketergantungan Batu Bara: Rencana untuk menutup pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap mulai diterapkan.

  • Penguatan Regulasi: Penyusunan kebijakan yang mendukung investasi hijau dan peningkatan transparansi pengelolaan energi.

  • Kolaborasi Internasional: Kerja sama dengan negara-negara dan lembaga internasional untuk transfer teknologi dan pendanaan hijau.

Untuk mempercepat transisi, Indonesia perlu memperkuat implementasi kebijakan tersebut dan memastikan adanya pengawasan yang efektif agar target-target lingkungan dapat tercapai.

Kesimpulan

Indonesia memiliki posisi strategis dalam upaya global mengatasi perubahan iklim dan transisi energi. Namun, dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lain, komitmen dan pelaksanaan Indonesia masih dinilai tertinggal. Berbagai tantangan seperti ketergantungan pada batu bara, regulasi yang belum optimal, dan keterbatasan pendanaan menjadi hambatan utama.

Untuk itu, percepatan langkah strategis yang tegas sangat dibutuhkan agar Indonesia dapat mengejar ketertinggalan dan turut aktif dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan. Dengan komitmen kuat dan dukungan seluruh pihak, perubahan positif demi lingkungan dan energi bersih bukan lagi hal yang mustahil.

Baca juga: Louis James dan Marc Sumerlin Masuk Kandidat Ketua The Fed Pengganti Powell

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts