0 Comments

Pelonggaran Moneter Tarik Kembali Investor Asing ke Pasar Saham RI

Bank Indonesia resmi menurunkan suku bunga acuan pada pertengahan Juli 2025. Kebijakan ini menjadi sinyal kuat bahwa arah moneter dalam negeri akan lebih akomodatif terhadap pertumbuhan ekonomi. Penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin menjadi 5,50% disambut positif oleh pelaku pasar, terutama investor asing yang mulai melirik kembali pasar modal Indonesia.

Pelonggaran moneter ini dinilai strategis dalam menjaga daya beli masyarakat serta mendorong ekspansi bisnis. Dengan cost of fund yang lebih rendah, banyak sektor yang diproyeksikan akan mencatatkan pemulihan, khususnya sektor properti, konstruksi, dan barang konsumsi.

Pelonggaran Moneter Tarik Kembali Investor Asing ke Pasar Saham RI

Sejak pengumuman kebijakan tersebut, aliran modal asing mulai menunjukkan tren masuk ke pasar saham Indonesia. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), net buy asing tercatat mencapai lebih dari Rp 3 triliun hanya dalam satu pekan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pun mengalami penguatan bertahap dan berhasil bertahan di atas level 7.300.

Para analis menilai bahwa pelonggaran moneter menjadi pemicu utama rebound IHSG di tengah tekanan global. Investor global merespons positif karena menilai Indonesia masih menjadi salah satu emerging market dengan fundamental yang cukup kuat.

Sektor-Sektor Unggulan Jadi Incaran

Sektor keuangan menjadi salah satu sektor yang paling banyak diburu oleh investor asing. Emiten perbankan besar seperti BCA, BRI, dan Mandiri mencatatkan kenaikan harga saham dalam beberapa hari terakhir. Selain itu, sektor energi dan infrastruktur juga mendapatkan perhatian berkat proyeksi pertumbuhan jangka panjang yang stabil.

Tidak hanya itu, sektor teknologi yang sempat tertekan akibat sentimen global, mulai menunjukkan perbaikan. Aksi beli asing juga terjadi pada saham-saham digital banking dan e-commerce.

Peluang dan Risiko di Tengah Euforia

Meski arus modal asing masuk kembali ke Indonesia, para analis tetap mengingatkan adanya potensi risiko. Salah satunya adalah ketidakpastian eksternal seperti keputusan suku bunga The Fed di Amerika Serikat. Jika The Fed kembali menaikkan suku bunga, arus dana keluar dari pasar negara berkembang termasuk Indonesia bisa kembali terjadi.

Namun, dengan kombinasi kebijakan fiskal dan moneter yang sinergis, pemerintah Indonesia dinilai cukup siap menghadapi tekanan global. Stabilitas politik pasca-pemilu dan fokus pada pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) juga menambah daya tarik investor.

Optimisme Jangka Menengah Masih Terjaga

Melihat perkembangan saat ini, prospek pasar saham Indonesia dalam jangka menengah dinilai cukup positif. Dengan inflasi yang terkendali, pertumbuhan ekonomi stabil di kisaran 5%, serta cadangan devisa yang kuat, Indonesia dinilai menjadi tempat investasi yang menjanjikan.

Pelonggaran moneter bukan hanya mengundang kembali investor asing, tetapi juga memberi kepercayaan diri bagi investor domestik. Likuiditas yang longgar akan mendorong aktivitas pasar yang lebih dinamis di semester kedua 2025.

Kesimpulan: Peluang Emas Pasar Modal RI

Pelonggaran moneter oleh Bank Indonesia terbukti menjadi katalis positif untuk pasar modal Indonesia. Dengan meningkatnya kepercayaan investor asing, IHSG memiliki peluang besar untuk terus menguat ke level yang lebih tinggi. Meski tetap harus waspada terhadap risiko global, pelaku pasar optimis bahwa tren positif ini bisa terus berlanjut seiring dengan membaiknya iklim investasi dalam negeri.

Baca juga: Skema Baru Pajak Kripto Indonesia Berlaku, Begini Perbandingannya dengan AS hingga Jepang

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Related Posts

Perbandingan Kinerja BUMN Karya PTPP vs ADHI

Perbandingan Kinerja BUMN Karya PTPP vs ADHI

Perbandingan Kinerja BUMN Karya PTPP vs ADHI PTPP (PT Pembangunan Perumahan) dan ADHI (PT Adhi Karya) merupakan dua perusahaan BUMN karya terbesar di Indonesia yang bergerak di sektor konstruksi dan infrastruktur. Keduanya memiliki peran penting…