IHSG Dibuka Melemah Tipis 0,06% ke 6.861, Saham BREN dan DSSA Justru Melaju
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada pembukaan perdagangan pagi ini, Senin, tercatat mengalami penurunan tipis sebesar 0,06% ke posisi 6.861,07. Pelemahan ini terjadi di tengah sikap wait and see para investor yang masih mencermati arah kebijakan suku bunga global serta dinamika geopolitik yang masih terus berlangsung. Meski penurunan terlihat terbatas, hal ini menunjukkan kehati-hatian pasar menjelang rilis data ekonomi penting dalam waktu dekat.
Volume dan Nilai Transaksi Terpantau Moderat
Pada sesi pembukaan, nilai transaksi di Bursa Efek Indonesia (BEI) tercatat sebesar Rp1,2 triliun dengan volume mencapai 1,8 miliar lembar saham yang diperdagangkan. Sebanyak 180 saham menguat, 220 saham melemah, dan 180 saham stagnan. Kondisi ini mencerminkan adanya konsolidasi pasar, di mana pelaku pasar masih selektif dalam memilih saham.
Sektor Energi dan Teknologi Masih Menjadi Perhatian
Secara sektoral, indeks sektor energi dan teknologi menunjukkan kinerja yang solid meskipun IHSG bergerak melemah. Sektor energi terdorong oleh reli harga komoditas, khususnya batu bara dan minyak mentah yang terus meningkat di pasar global. Sementara sektor teknologi mendapatkan dukungan dari ekspektasi pemulihan ekonomi berbasis digital dan meningkatnya konsumsi layanan daring.
Saham BREN Tampil Menonjol di Tengah Koreksi Pasar
Salah satu saham yang menjadi sorotan hari ini adalah PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN), yang berhasil melaju naik signifikan meskipun IHSG berada di zona merah. Saham BREN tercatat menguat lebih dari 4% ke level Rp8.150 per saham pada sesi pembukaan. Penguatan saham ini didorong oleh sentimen positif dari rencana ekspansi bisnis energi terbarukan dan tingginya minat investor terhadap sektor energi hijau.
Katalis Positif Mendorong BREN
BREN mendapatkan dukungan dari kabar bahwa perusahaan tengah menjajaki proyek energi bersih baru di kawasan timur Indonesia. Selain itu, laporan keuangan kuartalan yang menunjukkan pertumbuhan laba bersih juga menjadi pendorong optimisme investor. Dalam beberapa hari terakhir, saham BREN telah mencatatkan tren naik secara konsisten dengan volume transaksi yang meningkat.
Saham DSSA Ikut Menguat Berkat Harga Batu Bara
Selain BREN, saham PT Dian Swastatika Sentosa Tbk (DSSA) juga berhasil mencatat penguatan di tengah koreksi IHSG. DSSA naik sekitar 3% ke level Rp47.200 pada awal sesi perdagangan. Kenaikan ini sejalan dengan sentimen positif terhadap perusahaan batu bara dan energi lainnya, seiring naiknya harga batu bara global akibat permintaan tinggi dari India dan China.
Pergerakan DSSA Didukung Fundamental Kuat
Kinerja DSSA yang stabil, ditambah laporan keuangan yang menunjukkan peningkatan margin operasional, turut mendukung apresiasi harga sahamnya. DSSA juga tengah mengembangkan diversifikasi bisnis ke bidang energi terbarukan dan digital, yang menjadikan saham ini semakin menarik bagi investor jangka menengah dan panjang.
Sentimen Global dan Domestik Masih Jadi Penggerak Utama
Analis pasar menyebutkan bahwa pergerakan IHSG dalam beberapa hari ke depan masih akan dipengaruhi oleh berbagai sentimen global, seperti keputusan Federal Reserve terkait suku bunga, serta perkembangan geopolitik di Timur Tengah dan Eropa. Di sisi domestik, data inflasi, neraca dagang, dan arah kebijakan fiskal juga turut memengaruhi sentimen pasar.
Strategi Investor di Tengah Ketidakpastian
Dalam situasi seperti ini, investor disarankan untuk tetap selektif dan fokus pada saham-saham berfundamental kuat. Sektor energi, infrastruktur, dan teknologi dinilai masih memiliki prospek menjanjikan dalam jangka menengah. Penguatan saham BREN dan DSSA menunjukkan bahwa peluang tetap terbuka meskipun IHSG mengalami tekanan.
Kesimpulan: Pasar Konsolidasi, Saham Unggulan Tetap Bersinar
Meskipun IHSG dibuka melemah tipis pada awal pekan ini, sejumlah saham unggulan seperti BREN dan DSSA mampu mencuri perhatian dengan performa positif. Hal ini menunjukkan bahwa dalam kondisi pasar yang cenderung fluktuatif, masih ada ruang bagi saham-saham berkinerja baik untuk melaju. Investor diharapkan terus memantau sentimen makroekonomi dan laporan keuangan emiten sebagai dasar pengambilan keputusan investasi.
Baca juga:Aliran Modal Asing Masuk ke RI Rp10,79 Triliun, Rupiah Makin Perkasa